27 March 2010

Arti Sebuah Pintu Perlintasan Kereta Api

Minggu lalu pertengahan bulan Maret 2010 aku pergi ke rumah Bule' (bukan bule londo ya hehe) di daerah Bekasi. Seperti biasa, perjalanan diawali dari rumah melalui jalan tol JORR( Jakarta Outer Ring Road) ke arah Cikunir yang kemudian berbelok masuk ke arah tol Jakarta Cikampek. Dengan adanya tol JORR saat ini dari daerah Cilandak ke Bekasi hanya memakan waktu tidak lebih dari 45 menit. Bisa dibayangkan dulu sebelum ada tol ini, perjalanan dari Cilandak ke Bekasi harus memutar melewati daerah Mampang atau Pasar Minggu yang kemudian disambung dengan tol dalam kota mengarah ke tol Jakarta Cikampek memakan waktu kurang lebih 1,5 jam saja :)

Perjalanan di tol aku akhiri dengan keluar di pintu gerbang Bekasi Timur dan mengarah ke Bulak Kapal. Kenapa disebut dengan Bulak Kapal ? Aku sendiri sampai sekarang juga belum jelas kenapa disebut dengan Bulak Kapal. Mungkin jangan2 jaman dulu pernah ada kapal tebulak (baca:terbalik) di daerah sana, sehingga saat ini kita mengenalnya dengan daerah Bulak Kapal :)

Memasuki daerah pertigaan atau perempatan Bulak Kapal (agak susah disebut pertigaan atau perempatan karena ada jalan yang posisinya agak aneh hehehe), suasana mulai terasa berbeda. Terasa suasana sangat semrawut dengan hadirnya berbagai macam jenis kendaraan disana. Dari mulai sepeda, becak, sepeda motor, bus dari ukuran kecil sampai besar, bus kota dan bus antar kota, sederetan rombongan ojeg yang setia menunggu penumpang dan masih banyak lagi. Aku sempat tertegun beberapa saat sambil menunggu lampu merah yang tak kunjung berwarna hijau.

Lepas dari lampu merah, mobilku perlahan mengarah belok ke kanan yang tidak lama langsung mengarah menuju sebuah jalan di sebelah kiri yang hanya cukup dilewati oleh 2 kendaraan dua arah. Belum sempat menyentuh bibir tikungan, mobil sudah tidak bisa bergerak lagi. Ternyata aku harus antri untuk memasuki jalan itu. Tak lama berselang akhirnya mobil bisa bergerak lagi, oh ternyata tadi mobil tertahan karena ada kereta api yang lewat menyeberangi jalan itu. Jika diperhatikan, di sana tidak ada pintu perlintasan kereta api ! Luar biasa, selama ini sudah sekian tahun, setiap kami melintas di jalan tersebut tidak ada pintu palang kereta api. Perlintasan hanya dijaga oleh beberapa orang yang "rela" untuk membantu menghentikan arus lalu lintas kendaraan jika ada kereta api yang lewat. Bisa dibilang di daerah itu sangat ramai oleh lalu lalang kendaraan, dari sepeda motor, angkot sampai kendaraan pribadi. Entah kenapa dengan kondisi lalu lintas yang luar biasa semrawut masih belum dipasang juga pintu kereta api. Semoga selama ini tidak ada korban yang jatuh dikarenakan tidak adanya pintu kereta api.

Kemana hati nurani PT KAI ataupun pemerintah daerah untuk membuatkan sebuah pintu kereta api permanen yang bisa menentramkan setiap pengguna jalan yang melintasinya. Sudah bagus ada orang2 yang mau menjadi penjaga rel kereta api walaupun kita harus (baca: sukarela) mengeluarkan sedikit imbalan untuk jasa keringat mereka. Jangan menunggu sampai jatuh korban banyak baru dibuatkan pintu palang kereta api. Tindakan pencegahan jauh lebih baik daripada menunggu korban. Kita jadi ingat pribahasa lebih baik mencegah dari pada mengobati :). Semoga pintu perlintasan kereta api di sana segera direalisasikan, sehingga bisa mencegah jatuhnya korban.