Siapa yang tidak kenal Bali ? Rasanya bukan hal yang asing lagi di telinga para turis manca negara. Bali adalah surga buat turis asing yang berkunjung ke sana. Keindahan alam dari mulai pantai dengan pasir putih dan ombak yang menggulung gulung.
Adat istiadat yang kuat dari masyarakat setempat juga merupakan salah satu daya tarik yang kuat untuk pariwisata di daerah ini. Di setiap titik pertemuan jalan, jembatan dan pohon besar pasti ada sesajen.
Setiap pagi msyarakat Hindu melakukan ritual sembahyang dan meletakkan sesajen di depan tempat usahanya. Jika kita berjalan di depan toko2 yang berjajar di daerah Kuta, kita harus hati2. Jika lengah, kita akan menginjak sesajen. Sebagian besar setiap rumah akan memiliki tempat persembahyangan yang biasanya terbuat dari susunan batu bata merah. Sangat menarik bagi kita yang tidak biasa melihatnya. Ketaatan dan kepatuhan umat Hindu Bali dalam melaksanakan ibadahnya sungguh patut diacungi jempol.
Jika kita iseng coba menelusuri jalan2 di Legian pada tengah malam, kita akan melihat Bali dari sudut pandang yang lain. Aku coba jalan ke Jl Legian sekitar pukul 12 malam, sempat terbengong bengong. Di sana kita akan melihat pemandangan yg sungguh berbeda, serasa Bali disulap menjadi daerah "Barat". Sebagian besar tempat hiburan malam di sana dipenuhi oleh bule dari manca negara. Sesekali kita akan menemui turis yang berjalan sempoyongan dengan tawa yang begitu keras. Sungguh pemandangan yg tidak biasa buat aku. Alunan musik jedag jedug sangat keras saling bersahutan. Persis seperti pasar malem jaman aku kecil dulu. Cuman bedanya sound system yg digunakan di Legian jauh lebih canggih dan "bertenaga". Perempuan2 dengan "pakaian kekurangan bahan" siap memberikan dan melayani tamu2 dari manca negara. Aku hanya berani melewati daerah itu dengan kendaraan, untungnya macet, jadi aku bisa memperhatikan setiap tempat hiburan yang ada, walaupun cuman dari luar saja :).
Langsung terbayang, betapa hebatnya masyarakat Bali yang masih bisa tetap mempertahankan budaya dan keagamaannya di tengah kehebohan dan akulturasi budaya dari luar. Mudah2an dengan banyaknya tamu mancanegara di Bali ini tidak akan mengubah apa yang sudah menjadi tradisi dari nenek moyang masyarakat Bali. Mari kita cintai wisata dalam negeri, terutama mencintai budaya leluhur bangsa kita sendiri.
Kuta, 10 April 2010
Adat istiadat yang kuat dari masyarakat setempat juga merupakan salah satu daya tarik yang kuat untuk pariwisata di daerah ini. Di setiap titik pertemuan jalan, jembatan dan pohon besar pasti ada sesajen.
Setiap pagi msyarakat Hindu melakukan ritual sembahyang dan meletakkan sesajen di depan tempat usahanya. Jika kita berjalan di depan toko2 yang berjajar di daerah Kuta, kita harus hati2. Jika lengah, kita akan menginjak sesajen. Sebagian besar setiap rumah akan memiliki tempat persembahyangan yang biasanya terbuat dari susunan batu bata merah. Sangat menarik bagi kita yang tidak biasa melihatnya. Ketaatan dan kepatuhan umat Hindu Bali dalam melaksanakan ibadahnya sungguh patut diacungi jempol.
Jika kita iseng coba menelusuri jalan2 di Legian pada tengah malam, kita akan melihat Bali dari sudut pandang yang lain. Aku coba jalan ke Jl Legian sekitar pukul 12 malam, sempat terbengong bengong. Di sana kita akan melihat pemandangan yg sungguh berbeda, serasa Bali disulap menjadi daerah "Barat". Sebagian besar tempat hiburan malam di sana dipenuhi oleh bule dari manca negara. Sesekali kita akan menemui turis yang berjalan sempoyongan dengan tawa yang begitu keras. Sungguh pemandangan yg tidak biasa buat aku. Alunan musik jedag jedug sangat keras saling bersahutan. Persis seperti pasar malem jaman aku kecil dulu. Cuman bedanya sound system yg digunakan di Legian jauh lebih canggih dan "bertenaga". Perempuan2 dengan "pakaian kekurangan bahan" siap memberikan dan melayani tamu2 dari manca negara. Aku hanya berani melewati daerah itu dengan kendaraan, untungnya macet, jadi aku bisa memperhatikan setiap tempat hiburan yang ada, walaupun cuman dari luar saja :).
Langsung terbayang, betapa hebatnya masyarakat Bali yang masih bisa tetap mempertahankan budaya dan keagamaannya di tengah kehebohan dan akulturasi budaya dari luar. Mudah2an dengan banyaknya tamu mancanegara di Bali ini tidak akan mengubah apa yang sudah menjadi tradisi dari nenek moyang masyarakat Bali. Mari kita cintai wisata dalam negeri, terutama mencintai budaya leluhur bangsa kita sendiri.
Kuta, 10 April 2010
No comments:
Post a Comment