11 April 2010

Bali Kembali

Siapa yang tidak kenal Bali ? Rasanya bukan hal yang asing lagi di telinga para turis manca negara. Bali adalah surga buat turis asing yang berkunjung ke sana. Keindahan alam dari mulai pantai dengan pasir putih dan ombak yang menggulung gulung.

Adat istiadat yang kuat dari masyarakat setempat juga merupakan salah satu daya tarik yang kuat untuk pariwisata di daerah ini. Di setiap titik pertemuan jalan, jembatan dan pohon besar pasti ada sesajen.

Setiap pagi msyarakat Hindu melakukan ritual sembahyang dan meletakkan sesajen di depan tempat usahanya. Jika kita berjalan di depan toko2 yang berjajar di daerah Kuta, kita harus hati2. Jika lengah, kita akan menginjak sesajen. Sebagian besar setiap rumah akan memiliki tempat persembahyangan yang biasanya terbuat dari susunan batu bata merah. Sangat menarik bagi kita yang tidak biasa melihatnya. Ketaatan dan kepatuhan umat Hindu Bali dalam melaksanakan ibadahnya sungguh patut diacungi jempol.

Jika kita iseng coba menelusuri jalan2 di Legian pada tengah malam, kita akan melihat Bali dari sudut pandang yang lain. Aku coba jalan ke Jl Legian sekitar pukul 12 malam, sempat terbengong bengong. Di sana kita akan melihat pemandangan yg sungguh berbeda, serasa Bali disulap menjadi daerah "Barat". Sebagian besar tempat hiburan malam di sana dipenuhi oleh bule dari manca negara. Sesekali kita akan menemui turis yang berjalan sempoyongan dengan tawa yang begitu keras. Sungguh pemandangan yg tidak biasa buat aku. Alunan musik jedag jedug sangat keras saling bersahutan. Persis seperti pasar malem jaman aku kecil dulu. Cuman bedanya sound system yg digunakan di Legian jauh lebih canggih dan "bertenaga". Perempuan2 dengan "pakaian kekurangan bahan" siap memberikan dan melayani tamu2 dari manca negara. Aku hanya berani melewati daerah itu dengan kendaraan, untungnya macet, jadi aku bisa memperhatikan setiap tempat hiburan yang ada, walaupun cuman dari luar saja :).

Langsung terbayang, betapa hebatnya masyarakat Bali yang masih bisa tetap mempertahankan budaya dan keagamaannya di tengah kehebohan dan akulturasi budaya dari luar. Mudah2an dengan banyaknya tamu mancanegara di Bali ini tidak akan mengubah apa yang sudah menjadi tradisi dari nenek moyang masyarakat Bali. Mari kita cintai wisata dalam negeri, terutama mencintai budaya leluhur bangsa kita sendiri.

Kuta, 10 April 2010

04 April 2010

Sepi tak sendiri

Waktu menunjukkan pukul 02.50 WIB, tepat 10 menit sebelum alarm HP berbunyi. Di dalam sebuah kamar yang sedikit pengap, karena seharusnya di kamar ini menggunakan AC namun karena terlalu dingin, AC aku matikan. Kantuk, itu alasan yang biasa diungkap atau dilontarkan pada saat kita akan beribadah malam. Jadi teringat di Hari Jumat kemarin, khotib sholat Jumat membahas masalah ibadah malam ini. Dengan berbekal keinginan yang kuat, rasa kantuk bisa dilawan. Aku harus bangun walaupun mata masih 3 watt (bukan 5 watt lagi).

Duduk di atas kasur sebentar langsung disambung dengan langkah gontai ke kamar mandi untuk sedikit membersihkan diri termasuk mengambil air wudhu. Setelah wajah disapu oleh air wudhu, rasa kantuk sudah mulai sedikit berkurang. Duh Gusti, kenapa masih saja ngantuk nempel ngga mau ilang2 ya ? Ayo tetap semangat ! Begitulah kurang lebih yang ada di dalam pikiranku. Ibadahpun dimulai, tidak lama hanya sekitar 15 menit saja. Mungkin bisa dibayangkan jika kita semangat untuk menonton acara TV di tengah malam, sampai pagi pun bisa dijabanin :) Tapi untuk 15 menit menghadap Khalik susah banget ya ? hehe.

Sepi dan sunyi selalu menyelimuti ibadah malam. Di sepertiga paruh waktu istirahat adalah waktu yang paling baik dan enak untuk kita menghadap Sang Pencipta. Banyak Doa dan "Curhat" yang biasanya bisa kita ungkapkan di waktu itu. Rasanya aku punya seorang Sahabat yang luar biasa setia mau mendengarkan keinginanku, keluh kesahku dan harapanku. Tak terasa biasanya mata ini basah, sembab. Luar biasa kekuatanMu ya Allah. Bisa membuat air mataku mengalir tanpa sengaja. Kata2ku mengalir bagaikan menceritakan ke seorang teman yang sangat bisa dipercaya. Aku sadar sesadar sadarnya bahwa aku hanyalah sebuah mahluk yang sangat lemah yang penuh dengan dosa dan kesalahan. Sombong, itu adalah bukan milik kita sebagai mahluk ataupun manusia. Sombong itu selayaknya milik Sang Pencipta, bukan milik kita sebagai manusia biasa. Walaupun malam sepi dan sunyi, namun hati ini merasakan aku tidak pernah sendiri. Tak terasa waktu semakin mendekat ke pukul 04.08. Suara orang mengaji di Masjid dan Mushola mulai terdengar. Berarti sebentar lagi akan masuk waktu sholat Subuh. Rasa kantuk yang tadi nempel ngga mau hilang lambat laun mulai menghilang. Setelah sholat Subuh nanti aku masih punya waktu untuk merebahkan diri sejenak untuk menunggu mentari muncul di ufuk timur.

Semoga kita semua selalu dalam Lindungan Allah SWT.

Jakarta, Minggu 4 April 2010 Pukul 04:12